PROPOSAL PENELITIAN
Description of the
Socio-Economic Conditions in the Urban Community slums
(Study kasus di daerah
jalan Adisucipto Kota Malang)
Diajukan untuk Memenuhi
Persyaratan Mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif
Dosen Pembimbing:
Ulfah Muhayani, M.PP
Oleh:
Heni Ainul Rohmah
(11130111)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013
A.
Latar
Belakang Masalah
Salah
satu masalah yang sering dihadapi oleh kota-kota besar adalah masalah pemukiman
kumuh, terutama muncul dan berkembang di lokasi-lokasi yang strategis di pusat
kota. Munculnya pemukiman kumuh ini, disebabkan oleh makin tingginya nilai dan
harga lahan kota sebagai akibat pesatnya perkembangan kota, sehingga tidak
semua penduduk kota mampu memenuhi kebutuhannya akan lahan, dan tingginya angka
mobilitas penduduk di daerah perkotaan turut mempengaruhi berkembangnya
pemukiman kumuh. Para penduduk yang pindah ke daerah perkotaan, umumnya
memiliki harapan agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dibandingkan
dengan kehidupan di daerah asalnya. Fenomena terjadinya perpindahan penduduk ke
daerah perkotaan ini, lebih disababkan oleh tingginya upah yang dapat diperoleh
di daerah tujuan. Kesenjangan upah yang besar antara desa dan kota mendorong
penduduk desa untuk datang ke kota.
Perkembangan
lingkungan pemukiman di daerah perkotaan, tidak terlepas dari pesatnya laju
pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor pertumbuhan penduduk kota itu
sendiri maupun karena faktor urbanisasi. Kedatangan migran baik yang bersifat
permanen maupun non permanen di daerah perkotaan, berdampak positif maupun
negatif tergantung pada sudut pandang masing-masing pihak yang terlibat. Arus
migrasi ke kota yang cukup besar, pada umumnya dipandang negatif bagi
kepentingan kota yang memerlukan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas
sosial, lingkungan, keindahan dan ketertiban. Dampak negatif urbanisasi yang
telah berlangsung selama ini juga disebabkan oleh tidak seimbangnya peluang
untuk mencari nafkah di daerah pedesaan dan perkotaan, sehingga memunculkan
adanya tarik kota yang dianggap mampu memberikan masa depan yang lebih baik
bagi masyarakat pedesaan atau luar kota, sementara latar belakang kapasitas dan
kemampuan para pendatang sangat marjinal.
Pelaku
migrasi ke kota, utamanya kelompok pendatang, dengan kualitas rendah
menimbulkan berbagai masalah, antara lain berkembangnya kawasan pemukiman
kumuh, degradasi lingkungan, kerawanan sosial dan tindak kriminal, serta
permasalahan pengangguran. Akibat dari peningkatan jumlah penduduk di
perkotaan, terjadi penurunan kualitas lingkungan ini juga disebabkan oleh belum
memadainya pelayanan di lingkungan pemukiman. Sehingga, banyak kawasan
perumahan dan pemukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung
lingkungan.
Di
samping kerusakan lingkungan yang bersifat biofisik terdapat pula kerusakan
lingkungan sosial-budaya. Penduduk desa yang bermigrasi ke kota umumnya
mempunyai pendidikan yang rendah dan tidak terampil. Di desa, hubungan kerabat
dan nilai sosial-budaya sedikit banyak memberikan perlindungan terhadap
kelaparan dan kelakuan kesusilaan, tetapi di kota, perlindungan seperti itu
tidak ada atau tidak seberapa, karena tidak adanya keterampilan, mereka sukar
mendapatkan pekerjaan atau hanya mendapatkan pekerjaan dengan upah kecil
(Soemarwoto, 1991:206-207)
Kondisi
ekonomi masyarakat mempengaruhi
Perumahan dan pemukiman hal tersebut merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai
pusat pendidikan keluarga, peningkatan kualitas generasi yang akan datang, dan
merupakan pengejewantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat
ditandai dengan meningkatnya ekonomi masyarakat yaitu kualitas kehidupan yang
layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya.
Tingginya nilai dan harga lahan pemukiman di daerah perkotaan, telah
menyebabkan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan terpaksa mencari lahan
untuk mendapatkan tempat tinggal seadanya baik secara legal, maupun illegal,
sehingga tanpa disadari perkembangannya telah mengakibatkan munculnya pemukiman
kumuh di kota. Banyak diantara perkampungan penduduk di daerah pinggiran kota,
merupakan kondisi lingkungan yang jorok dan terkesan kumuh. Ketidakmampuan
masyarakat kumuh dalam memenuhi sebagian kebutuhannya, menimbulkan kehidupan
mereka jauh dibawah garis kemiskinan, yang menggambarkan rumah tempat tinggal
mereka terbuat dari kayu, tidak mempunyai listrik dan tingkat pendidikan yang
rendah.
Rumah
tinggal adalah suatu institusi, bukan sekedar struktur yang dibuat untuk
serangkaian tujuan yang sangat kompleks. Bangunan rumah adalah suatu gejala
yang bentuk organisasinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya yang
dimiliki (Agussalim, 1998:40). Selanjutnya, rumah merupakan suatu gejala
struktural yang erat hubungannya dengan kehidupan penghuninya, makna simbolisme
dan fungsi akan mencerminkan status penghuninya, manusia sebagai penghuni,
rumah, budaya serta lingkungannya merupakan satu kesatuan yang erat, sehingga
rumah sebagai lingkungan binaan merupakan refleksi dari kekuatan sosial budaya
seperti kepercayaan, hubungan keluarga, organisasi sosial serta interaksi
sosial antar individu (Rapport, 1969:47). Rumah bukan hanya sebagai sarana
kehidupan semata, tetapi lebih merupakan suatu proses bermukim, yaitu kehadiran
manusia sebagai penghuni dalam menciptakan ruang hidup dalam rumah dan
lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai seutuhnya menempati tempat yang utama dalam
proses perancangan rumah, sehingga perilaku penghuni, keinginan serta kebutuhan
penghuni merupakan hal yang sangat menentukan kualitas sosialisasi dan
lingkungannya.
Seperti telah dikemukakan
sebelumnya, bahwa masalah perumahan dan pemukiman merupakan suatu masalah
kompleks, yang harus dapat teratasi. Hal ini bukan saja demi kepentingan
komunitas-komunitas tertentu, melainkan juga untuk kepentingan seluruh warga
negara yang berbudaya dan berkpribadian. Walaupun harus diikuti banyak hambatan
dan keterbatasan.
Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya. Manusia saling
berinteraksi dengan manusia yang lain. Ini disebabkan karena tidak ada manusia
yang mampu mencukupi kebutuhannya tanpa adanya bantuan orang lain. Interaksi
sosial dapat juga dikatakan sebagai proses sosial. Interaksi sosial merupakan
syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara
orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara
orang-perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.
B. Rumusan Masalah
Dari
deskripsi yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang di atas, maka untuk
memudahkan proses penulisan guna menghindari pembahasan yang terlalu meluas
diperlukan adanya perumusan masalah. Berangkat dari pernyataan tersebut di
atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang selanjutnya dirumuskan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana bentuk interaksi
sosial masyarakat pemukiman kumuh di Jalan Adisucipto Kota Malang ?
2.
Bagaimana pola pemenuhan
kebutuhan masyarakat pmukiman kumuh di Jalan Adisucipto Kota Malang ?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan
permasalahan tersebut di atas, maka penulisan ini dilaksanakan dengan beberapa
tujuan, yaitu :
1. Untuk
mengetahui bagaimana bentuk interaksi sosial masyarakat pemukiman kumuh di
Jalan Adisucipto Kota Malang.
2. Untuk
mengetahui bagaimana pola pemenuhan kebutuhan masyarakat pemukiman kumuh di
Jalan Adisucipto Kota Malang.
D. Kegunaan Penelitian
1. Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna memberikan bantuan informasi
lanjut bagi teman-teman yang lain atau siapa saja yang berminat dalam bidang
ini dan sebagai tambahan literatur bagi peneliti.
2. Penelitian
ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian kualitatif.
E. Batasan Masalah
Membatasi
masalah adalah kegiatan melihat pada lingkungan kumuh yang selalu identik
dengan kemiskinan didaerah perkotaan. Pembatasan masalah bertujuan menempatkan
batas-batas masalah dengan jelas . dari pemaparan diatas, maka pembatasan dalam
penelitian ini yaitu berkisar pada lingkungan kumuh dan bentuk keadaan sosial.
F. Kajian Pustaka
Permukiman adalah bagian
dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan
perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian
dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan
kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kotor atau
cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya,
tetapi justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh. Menurut
Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama
ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam
menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan
perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio
permukiman kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara
geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi
kumuh.
Menurut
Soerjono Soekanto (2001), interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antar orang-perorang, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi
sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasarkan pada pelbagai faktor
antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
Menurut George
Herbert Mead (dalam Narwoko Suyanto, 2007), agar interaksi sosial bisa berjalan
dengan tertib dan teratur serta anggota masyarakatnya dapat berfungsi secara
normal, maka yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai
dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara
objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain.
Interaksi
sosial merupakan hubungan antara dua orang atau lebih, di mana perilaku atau
tindakan seseorang akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku atau
tindakan individu maupun sebaliknya. Sebuah interaksi dapat terjadi apabila
salah seorang (individu) melakukan aksi dan mendapatkan balasan yang berupa
reaksi tetapi apabila salah satu pihak melakukan aksi danpihak yang lain tidak
melakukan reaksi, maka tidak akan terjadi interaksi.
G. Metodologi
Penelitian
Dalam
penelitian ini perlu suatu pendekatan yang sifatnya harus sesuai dengan
masalah, tujuan dan kegunaan dari
penelitian itu sendiri. Terkait dengan itu, maka penelitian yang di lakukan lebih merupakan sebuah penelitian
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui
pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,
melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi
tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita
empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu
penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan
antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode
diskriptif.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya
sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya”.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini
sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong:
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan
dengan kenyataan ganda
2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara
peneliti
dan responden
3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.2
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut
Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
2.
KEHADIRAN PENELITIAN
Dalam
penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument
aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument
pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat
Bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang
keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh
karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur
keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti
secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini
mutlak diperlukan.
3.
LOKASI PENELITIAN
Lokasi
penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan
kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Jalan Adisucipto
Kota Malang, Jawa Timur
4.
SUMBER DATA
1.
Data Primer
Menurut
S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan
atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan
merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau
mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung
tentang pemukiman kumuh dan keadaan social didalamnya yaitu dengan cara wawancara
dengan penduduk yang tinggal di daerah Jalan Adisucipto Kota Malang.
2.
Data sekunder
Data
sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam
sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat
perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.
Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai
organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti
kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories,
dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara
lansung dengan penduduk yang tinggal di daerah Jalan Adisucipto Kota Malang.
5.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan
data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang
peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang
valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan.
1.
Observasi Langsung
Observasi
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan
sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi
ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik
tentang bagimana keadaan social ekonomi pemukiman kumuh di Jalan Adisucipto
Kota malang Jawa Timur.
Tujuan
menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, bentuk rumah, atap rumah, kamar
mandi yang digunakan dan bentuk kegiatan social serta bentuk interaksi social
yang dilakukan masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang Jawa Timur, sewaktu
kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan
seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang
tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara
verbal.
2.
Wawancara
Wawancara
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara).
Tujuan
penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret
tentang Keadaan ekonomi dan social serta bentuk- bentuk interaksi social
masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang. Dalam penelitian ini, peneliti akan
mengadakan wawancara dengan masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang Jawa Timur.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi
adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi,
majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang
disiarkan kepada media massa.
Dari
uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti
catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
Tujuan
digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang Keadaan
ekonomi dan social serta bentuk- bentuk interaksi social masyarakat Jalan
Adisucipto Kota Malang.
6.
ANALISIS DATA
Analisis
data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dari
rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data bermaksud
pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan
terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa
laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Setelah
data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di
atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan
menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan
teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif
merupakan suatu tehnik
yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul
dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang
diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh
tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
7.
PENGECEKAN KEABSAHAN TEMUAN
Menurut
Moleong ’’kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1)
kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3)
kebergantungan (dependibility), (4) kepastian (konfermability)9.
Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam antara lain :
1.
Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas
data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan
sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah
teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan
kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan
refrensi.
2.
Kebergantungan (depandibility)
Kriteria
ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan
dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia
itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu,
pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat
dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh
dosen pembimbing.
3.
Kepastian (konfermability)
Kriteria
ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara
mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung
oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
8.
TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Moleong
mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu :
(1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis
data, (4) tahap penulisan laporan’’10. Dalam penelitian ini tahap
yang ditempuh sebagai berikut :
a)
Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan
dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian,
penyusunan usulan penelitian.
b)
Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan
Keadaan ekonomi dan social serta bentuk- bentuk interaksi social masyarakat
Jalan Adisucipto Kota Malang.. Data tersebut diperoleh dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat mencatat hal-hal, bentuk rumah,
atap rumah, kamar mandi yang digunakan dan bentuk kegiatan social serta bentuk
interaksi social yang dilakukan masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang Jawa
Timur.
c)
Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui
observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan masyarakat Jalan Adisucipto
Kota Malang. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks
permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data
dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga
data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang
merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang
diteliti.
d)
Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian
dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data.
Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen mata kuliah untuk
mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan penelitian yang kemudian
ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis penilitian yang
sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan untuk
ujian skripsi.
PUSTAKA
Lexy J Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991
Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian (Jakarta:
PT. Ghalia Indonesia, 2003
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode
Research, Bumi Aksara, Jakarta 2004.