Kamis, 10 April 2014

proposal penelitian slum area

PROPOSAL PENELITIAN

Description of the Socio-Economic Conditions in the Urban Community slums
(Study kasus di daerah jalan Adisucipto Kota Malang)
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif
Dosen Pembimbing:
Ulfah Muhayani, M.PP
Oleh:
Heni Ainul Rohmah
(11130111)





                   








FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2013


A.           Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh kota-kota besar adalah masalah pemukiman kumuh, terutama muncul dan berkembang di lokasi-lokasi yang strategis di pusat kota. Munculnya pemukiman kumuh ini, disebabkan oleh makin tingginya nilai dan harga lahan kota sebagai akibat pesatnya perkembangan kota, sehingga tidak semua penduduk kota mampu memenuhi kebutuhannya akan lahan, dan tingginya angka mobilitas penduduk di daerah perkotaan turut mempengaruhi berkembangnya pemukiman kumuh. Para penduduk yang pindah ke daerah perkotaan, umumnya memiliki harapan agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan kehidupan di daerah asalnya. Fenomena terjadinya perpindahan penduduk ke daerah perkotaan ini, lebih disababkan oleh tingginya upah yang dapat diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah yang besar antara desa dan kota mendorong penduduk desa untuk datang ke kota.
Perkembangan lingkungan pemukiman di daerah perkotaan, tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor pertumbuhan penduduk kota itu sendiri maupun karena faktor urbanisasi. Kedatangan migran baik yang bersifat permanen maupun non permanen di daerah perkotaan, berdampak positif maupun negatif tergantung pada sudut pandang masing-masing pihak yang terlibat. Arus migrasi ke kota yang cukup besar, pada umumnya dipandang negatif bagi kepentingan kota yang memerlukan peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas sosial, lingkungan, keindahan dan ketertiban. Dampak negatif urbanisasi yang telah berlangsung selama ini juga disebabkan oleh tidak seimbangnya peluang untuk mencari nafkah di daerah pedesaan dan perkotaan, sehingga memunculkan adanya tarik kota yang dianggap mampu memberikan masa depan yang lebih baik bagi masyarakat pedesaan atau luar kota, sementara latar belakang kapasitas dan kemampuan para pendatang sangat marjinal.
Pelaku migrasi ke kota, utamanya kelompok pendatang, dengan kualitas rendah menimbulkan berbagai masalah, antara lain berkembangnya kawasan pemukiman kumuh, degradasi lingkungan, kerawanan sosial dan tindak kriminal, serta permasalahan pengangguran. Akibat dari peningkatan jumlah penduduk di perkotaan, terjadi penurunan kualitas lingkungan ini juga disebabkan oleh belum memadainya pelayanan di lingkungan pemukiman. Sehingga, banyak kawasan perumahan dan pemukiman yang telah melebihi daya tampung dan daya dukung lingkungan.
Di samping kerusakan lingkungan yang bersifat biofisik terdapat pula kerusakan lingkungan sosial-budaya. Penduduk desa yang bermigrasi ke kota umumnya mempunyai pendidikan yang rendah dan tidak terampil. Di desa, hubungan kerabat dan nilai sosial-budaya sedikit banyak memberikan perlindungan terhadap kelaparan dan kelakuan kesusilaan, tetapi di kota, perlindungan seperti itu tidak ada atau tidak seberapa, karena tidak adanya keterampilan, mereka sukar mendapatkan pekerjaan atau hanya mendapatkan pekerjaan dengan upah kecil (Soemarwoto, 1991:206-207)
Kondisi ekonomi masyarakat  mempengaruhi Perumahan dan pemukiman hal tersebut merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan keluarga, peningkatan kualitas generasi yang akan datang, dan merupakan pengejewantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya ekonomi masyarakat yaitu kualitas kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan papannya. Tingginya nilai dan harga lahan pemukiman di daerah perkotaan, telah menyebabkan masyarakat yang tidak memiliki kemampuan terpaksa mencari lahan untuk mendapatkan tempat tinggal seadanya baik secara legal, maupun illegal, sehingga tanpa disadari perkembangannya telah mengakibatkan munculnya pemukiman kumuh di kota. Banyak diantara perkampungan penduduk di daerah pinggiran kota, merupakan kondisi lingkungan yang jorok dan terkesan kumuh. Ketidakmampuan masyarakat kumuh dalam memenuhi sebagian kebutuhannya, menimbulkan kehidupan mereka jauh dibawah garis kemiskinan, yang menggambarkan rumah tempat tinggal mereka terbuat dari kayu, tidak mempunyai listrik dan tingkat pendidikan yang rendah.
Rumah tinggal adalah suatu institusi, bukan sekedar struktur yang dibuat untuk serangkaian tujuan yang sangat kompleks. Bangunan rumah adalah suatu gejala yang bentuk organisasinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan budaya yang dimiliki (Agussalim, 1998:40). Selanjutnya, rumah merupakan suatu gejala struktural yang erat hubungannya dengan kehidupan penghuninya, makna simbolisme dan fungsi akan mencerminkan status penghuninya, manusia sebagai penghuni, rumah, budaya serta lingkungannya merupakan satu kesatuan yang erat, sehingga rumah sebagai lingkungan binaan merupakan refleksi dari kekuatan sosial budaya seperti kepercayaan, hubungan keluarga, organisasi sosial serta interaksi sosial antar individu (Rapport, 1969:47). Rumah bukan hanya sebagai sarana kehidupan semata, tetapi lebih merupakan suatu proses bermukim, yaitu kehadiran manusia sebagai penghuni dalam menciptakan ruang hidup dalam rumah dan lingkungan sekitarnya. Nilai-nilai seutuhnya menempati tempat yang utama dalam proses perancangan rumah, sehingga perilaku penghuni, keinginan serta kebutuhan penghuni merupakan hal yang sangat menentukan kualitas sosialisasi dan lingkungannya.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, bahwa masalah perumahan dan pemukiman merupakan suatu masalah kompleks, yang harus dapat teratasi. Hal ini bukan saja demi kepentingan komunitas-komunitas tertentu, melainkan juga untuk kepentingan seluruh warga negara yang berbudaya dan berkpribadian. Walaupun harus diikuti banyak hambatan dan keterbatasan.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup dengan sendirinya. Manusia saling berinteraksi dengan manusia yang lain. Ini disebabkan karena tidak ada manusia yang mampu mencukupi kebutuhannya tanpa adanya bantuan orang lain. Interaksi sosial dapat juga dikatakan sebagai proses sosial. Interaksi sosial merupakan syarat terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang-perorangan dengan kelompok-kelompok manusia.






B. Rumusan Masalah
Dari deskripsi yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang di atas, maka untuk memudahkan proses penulisan guna menghindari pembahasan yang terlalu meluas diperlukan adanya perumusan masalah. Berangkat dari pernyataan tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang selanjutnya dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana bentuk interaksi sosial masyarakat pemukiman kumuh di Jalan Adisucipto Kota Malang ?
2.    Bagaimana pola pemenuhan kebutuhan masyarakat pmukiman kumuh di Jalan Adisucipto Kota Malang ?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka penulisan ini dilaksanakan dengan beberapa tujuan, yaitu :
1.    Untuk mengetahui bagaimana bentuk interaksi sosial masyarakat pemukiman kumuh di Jalan Adisucipto Kota Malang.
2.    Untuk mengetahui bagaimana pola pemenuhan kebutuhan masyarakat pemukiman kumuh di Jalan Adisucipto Kota Malang.
D. Kegunaan Penelitian
1.      Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna memberikan bantuan informasi lanjut bagi teman-teman yang lain atau siapa saja yang berminat dalam bidang ini dan sebagai tambahan literatur bagi peneliti.
2.      Penelitian ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian kualitatif.

E. Batasan Masalah
Membatasi masalah adalah kegiatan melihat pada lingkungan kumuh yang selalu identik dengan kemiskinan didaerah perkotaan. Pembatasan masalah bertujuan menempatkan batas-batas masalah dengan jelas . dari pemaparan diatas, maka pembatasan dalam penelitian ini yaitu berkisar pada lingkungan kumuh dan bentuk keadaan sosial.

F. Kajian Pustaka
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, dapat merupakan kawasan perkotaan dan perdesaan, berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Sedangkan kata “kumuh” menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai kotor atau cemar. Jadi, bukan padat, rapat becek, bau, reyot, atau tidak teraturnya, tetapi justru kotornya yang menjadikan sesuatu dapat dikatakan kumuh. Menurut Johan Silas Permukiman Kumuh dapat diartikan menjadi dua bagian, yang pertama ialah kawasan yang proses pembentukannya karena keterbatasan kota dalam menampung perkembangan kota sehingga timbul kompetisi dalam menggunakan lahan perkotaan. Sedangkan kawasan permukiman berkepadatan tinggi merupakan embrio permukiman kumuh. Dan yang kedua ialah kawasan yang lokasi penyebarannya secara geografis terdesak perkembangan kota yang semula baik, lambat laun menjadi kumuh.

Menurut Soerjono Soekanto (2001), interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang-perorang, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Berlangsungnya suatu proses interaksi sosial didasarkan pada pelbagai faktor antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.
Menurut George Herbert Mead (dalam Narwoko Suyanto, 2007), agar interaksi sosial bisa berjalan dengan tertib dan teratur serta anggota masyarakatnya dapat berfungsi secara normal, maka yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku kita sendiri dari sudut pandang orang lain.
Interaksi sosial merupakan hubungan antara dua orang atau lebih, di mana perilaku atau tindakan seseorang akan mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku atau tindakan individu maupun sebaliknya. Sebuah interaksi dapat terjadi apabila salah seorang (individu) melakukan aksi dan mendapatkan balasan yang berupa reaksi tetapi apabila salah satu pihak melakukan aksi danpihak yang lain tidak melakukan reaksi, maka tidak akan terjadi interaksi.
G. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini perlu suatu pendekatan yang sifatnya harus sesuai dengan masalah, tujuan dan kegunaan  dari penelitian itu sendiri. Terkait dengan itu, maka penelitian yang di lakukan  lebih merupakan  sebuah penelitian 


1.    Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Pertimbangan penulis menggunakan penelitian kualitatif ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong:
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apa bila berhadapan
dengan kenyataan ganda
2. Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti
dan responden
3. Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen
pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.2
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
2. KEHADIRAN PENELITIAN
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. sedangkan instrument pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat Bantu dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrument pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.
3. LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan, beserta jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Jalan Adisucipto Kota Malang, Jawa Timur
4. SUMBER DATA
1. Data Primer
Menurut S. Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi lansung tentang pemukiman kumuh dan keadaan social didalamnya yaitu dengan cara wawancara dengan penduduk yang tinggal di daerah Jalan Adisucipto Kota Malang.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi histories, dan sebagainya. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara lansung dengan penduduk yang tinggal di daerah Jalan Adisucipto Kota Malang.
5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian, karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
1. Observasi Langsung
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan mata untuk mengamati sesuatu. Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagimana keadaan social ekonomi pemukiman kumuh di Jalan Adisucipto Kota malang Jawa Timur.
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, bentuk rumah, atap rumah, kamar mandi yang digunakan dan bentuk kegiatan social serta bentuk interaksi social yang dilakukan masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang Jawa Timur, sewaktu kejadian tersebut berlaku sehingga tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang. Observasi lansung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.

2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Tujuan penulis menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang Keadaan ekonomi dan social serta bentuk- bentuk interaksi social masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang Jawa Timur.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
Dari uraian di atas maka metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan konkret tentang Keadaan ekonomi dan social serta bentuk- bentuk interaksi social masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang.
6. ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dari rumusan di atas dapatlah kita tanarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
7. PENGECEKAN KEABSAHAN TEMUAN
Menurut Moleong ’’kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu : (1) kepercayaan (kreadibility), (2) keteralihan (tranferability), (3) kebergantungan (dependibility), (4) kepastian (konfermability)9. Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam antara lain :
1. Kepercayaan (kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik : teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan refrensi.
2. Kebergantungan (depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterprestasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara untuk menetapkan bahwa proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dipendability oleh ouditor independent oleh dosen pembimbing.
3. Kepastian (konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang didukung oleh materi yang ada pada pelacakan audit.
8. TAHAP-TAHAP PENELITIAN
Moleong mengemukakan bahwa ’’Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu : (1)tahap sebelum ke lapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, (3) tahap analisis data, (4) tahap penulisan laporan’’10. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh sebagai berikut :
a) Tahap sebelum kelapangan, meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subyek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
b) Tahap pekerjaan lapangan, meliputi mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan Keadaan ekonomi dan social serta bentuk- bentuk interaksi social masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang.. Data tersebut diperoleh dengan observasi, wawancara dan dokumentasi dengan cara melihat mencatat hal-hal, bentuk rumah, atap rumah, kamar mandi yang digunakan dan bentuk kegiatan social serta bentuk interaksi social yang dilakukan masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang Jawa Timur.
c) Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperolah melaui observasi, dokumen maupun wawancara mendalam dengan masyarakat Jalan Adisucipto Kota Malang. Kemudian dilakukan penafsiran data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber data yang didapat dan metode perolehan data sehingga data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d) Tahap penulisan laporan, meliputi : kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen mata kuliah untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan penelitian yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis penilitian yang sempurna. Langkah terakhir melakukan pengurusan kelengkapan persyratan untuk ujian skripsi.




PUSTAKA

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991
Moh. Nazir. Ph. D, Metode Penelitian (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003
Prof. Dr. S. Nasution, M.A. Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta 2004.